Misteri Ojol Tersasar di Hutan Jati Gunungkidul, Ada Suara Rintihan Hingga Tak Sadarkan Diri



Aktual Indonesia - Cerita mistis kerap menimpa para pengendara yang melewati kawasan hutan jati di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Tidak heran banyak pengendara yang memilih menghindari kawasan hutan jati ini pada malam hari.

Namun, ada pula yang nekat untuk melewati kawasan hutan jati yang terkenal angker ini pada sore atau malam hari. Seperti kisah yang dibagikan akun Twitter @Wakhidnurrokim baru-baru ini.

Cerita mistis yang sudah di retweet lebih dari 600 kali ini di buka dengan cuitan "Suara rintihan itu menandakan jika dia akan menampakkan wujudnya padamu, ingin sejauh apa kamu berlari, kamu akan tetap ada di hutan ini sampai pagi!!"

Cerita mistis ini bercerita mengenai seorang driver ojek online bernama Herman. Biasanya, Herman berangkat untuk mencari penumpang, sekitar pukul 22.00 hingga 23.00 WIB.

Namun, memang sebenarnya malam hari bukanlah waktu yang bagus untuk mengojek. Herman biasa mencari pelanggan di sekitaran Pogung, Seturan, dan Babarsari.

Malam itu, Herman berangkat dengan penuh semangat memulai mencari rezeki. Ia berangkat dari rumah sekitar pukul 23.00 WIB.

Herman mulai mengendarai motornya menuju ke arah Tugu Yogyakarta, dengan harapan ada banyak anak kos yang kelaparan atau mungkin membutuhkan jasanya.

Tak berselang lama ketika Herman memasuki kawasan Babarsari, ternyata ada pelanggan di sekitar bawah jembatan layang Janti. Tanpa berpikir panjang, Herman langsung mengambil orderan itu dan bersiap menuju lokasi penjemputan.

Dengan semangat, Herman menarik gas motor matik-nya. Tak membutuhkan waktu lama bagi Herman sampai ke titik lokasi penjemputan itu berada.

"Mbak Lia, ya?" ucap Herman, wanita itu mengangguk dan memakai helm yang disodorkan Herman.

"Ini tujuannya sesuai aplikasi ya, Mbak? Atau mbak punya jalan alternatif lain?" tanya Herman sambil melihat map yang ada di gawainya.

 "Iya, Mas," jawab wanita itu datar.

Malam itu, jam menunjukkan sekitar pukul 23.30, jalanan tak terlalu sepi, tetapi entah mengapa Herman merasa merinding kala itu.

"Mbak, ini beneran tujuannya ke Wonosari?" tanya Herman lagi.

Memastikan bahwa pelanggan ini tidak salah tujuan. Dapat dibilang jarak dari jembatan Janti menuju Wonosari cukup jauh.

"Iya Mas, benar," jawabnya.

Tancap Gas ke Wonosari

Herman langsung tancap gas menuju lokasi tujuan dari penumpangnya. Ketika Herman sudah sampai di daerah perempatan Ketandan, iba-tiba Herman teringat bahwa untuk menuju ke Wonosari, dia harus melewati Alas Jati yang sudah terkenal sering terjadi hal-hal mistis di sana.

Namun, karena malam itu ia baru mendapatkan seorang customer, jadi apa mau dikata. Herman harus mengambilnya, daripada tidak ada uang untuk membeli kebutuhan esok hari.

Malam semakin sunyi, apalagi ketika Herman sudah memasuki kawasan Jalan Wonosari. Meski begitu tak terasa Herman sampai di gerbang selamat datang daerah Gunungkidul.

Di sana entah mengapa tiba-tiba perasaan Herman menjadi sedikit gundah. Padahal, ia sudah sangat sering melewati kawasan ini.

Namun, malam ini rasanya begitu berbeda dari biasanya. Tanpa berpikir panjang, Herman langsung tancap gas saja.

"Tolong pegangan sedikit kencang ya mbak, saya mau sedikit ngebut ini biar nantinya tidak terlalu malam di jalan," ucap Herman.

"Ya, Mas," ucap penumpang Herman.

Malam semakin larut, jam tangan Herman menunjukkan sudah hampir pukul 00.00 malam. Tanpa Herman sadari ia sudah memasuki kawasan Alas Jati.

"Mbak jangan berhenti berdoa ya," kata Herman.

 "Oh iya, Mas," ucap penumpangnya.

Dari ucapan sang penumpang, Herman tahu jika penumpangnya tahu dengan maksud dari ucapannya. Malam itu jalanan benar-benar sepi, Herman sudah memiliki firasat yang tidak baik.

Hutan Lebat

Lebatnya kawasan hutan jati dan sesekali terdengar suara lolongan anjing liar menambah kengerian pada malam itu. Sampai, tiba-tiba Herman mendengar suara seperti rintihan kuda, tetapi semakin lama suara itu menjadi semakin jelas.

Itu bukan suara tangisan, itu suara tertawa perempuan. Batin Herman berkecamuk seketika mendengar suara itu.

"Mbak, kamu dengar suara tadi itu tidak?" ucap Herman.

"Iya Mas, arahnya dari sebelah kanan kan?" balas penumpangnya.

Tubuh Herman gemetaran, tetapi ia memaksakan tangannya untuk tancap gas supaya lekas keluar dari area Alas Jati itu.

Lima belas menit kemudian akhirnya mereka berhasil keluar dari kawasan hutan tersebut. Kawasan hutan jati itu memanglah sangat luas dan panjang, sehingga melewatinya membutuhkan waktu yang lumayan lama.

"Mbak, ini jalannya yang mana?" kata Herman.

Herman kebingungan ketika melihat jalan yang bercabang dan tak ada di peta gawainya.

"Ambil jalan yang setapak tanah Mas, jangan yang sebelah kiri, itu jalan menuju makam desa sini," kata penumpangnya.

Setelah memasuki kawasan desa, Herman langsung segar kembali dan tak merinding lagi. Sampailah mereka di rumah sang penumpang.

"Terima kasih ya, Mas," ucap penumpang Herman. Sambil menyodorkan selembar uang Rp100.000.

Sebenarnya, Herman takut untuk kembali melewati hutan jati itu. Namun, mau bagaimanapun, jalan itu adalah jalan satu-satunya. "Waduh, ini sudah masuk hutan lagi," ucap Herman.

Kawasan hutan jati itu sangat minim penerangan, walaupun jalanannya masih terbilang baru. Tiba-tiba Herman merasa ada hal aneh, kala ia tiba-tiba menjumpai pertigaan ketika melewati hutan jati itu.

Padahal, tadinya ketika berangkat jalan itu sama sekali tak ada pertigaan. Akhirnya, Herman memutuskan untuk belok kiri.

Suara Rintihan Terdengar Kembali

Tak berselang lama setelah Herman memasuki jalan itu, tiba-tiba suara rintihan itu terdengar kembali.

"Astagfirullah," ucap Herman.

Bulu kuduk Herman langsung berdiri, kali ini ia benar-benar ketakutan. Ketika suara itu terdengar, tiba-tiba motor yang sedang dikendarai oleh Herman terasa berat, seolah ada sesuatu yang menahan motornya itu.

Pada saat itu, Herman sudah memutar gas yang cukup dalam, tetapi anehnya entah mengapa motornya tak ingin melaju kencang. Namun, tak ingin terlalu memperhatikan hal itu, Herman melanjutkan perjalanannya.

Tak berselang lama Herman bertemu dengan pertigaan lagi, namun bedanya kali ini salah satu jalannya adalah jalan tanah yang tampaknya ini bukanlah jalur yang biasa dilewati oleh kendaraan.

Tanpa berpikir panjang, Herman langsung memilih jalan aspal dan meneruskan perjalanannya untuk kembali ke Kota Yogyakarta.

"Hi...hi...hi..." suara rintihan lirih terdengar kembali. Herman berusaha untuk mengabaikannya.

Semakin lama, Herman merasa semakin aneh dengan kondisi sekitarnya. Di tengah lamunan, lagi-lagi ia bertemu dengan pertigaan.

Herman terkejut, ini adalah pertigaan yang sama yang tadi sudah ia lewati. Merasa ada yang tak beres, Herman hendak menghubungi rekannya sesama ojek online.

Betapa kagetnya Herman ketika melihat gawainya ternyata tak ada sinyal sama sekali. Jam tangan Herman sudah menunjukkan pukul 01.50.

Herman semakin merasa tak enak, karena sudah berada di hutan itu hampir dua jam. Herman memelankan kendaraannya dan membuka kaca helmnya, dengan harapan semoga saja ia akan bertemu seseorang yang bisa membantunya.

Tiba di Persawahan

Tibalah Herman di area persawahan. Anehnya, ini adalah perbukitan kapur yang sama sekali Herman tidak kenali lokasinya.

Tak jauh dari area persawahan terdapat jembatan kecil, dan di sana ada siluet sesorang yang sedang duduk di atas jembatan itu.

Herman dengan semangat menuju jembatan, dan benar saja di sana ada bapak-bapak sedang duduk di atas jembatan. Herman segara mematikan mesinnya dan melepas helm yang sedang ia pakai.

"Permisi Pak mau tanya," ucap Herman.

"Oh ya, gimana, Nak," kata si Bapak.

"Maaf Pak, mau tanya kalau jalan menuju ke kota itu sebelah mana ya?" ucap Herman.

Bapak-bapak tersebut memakai baju berkerah dengan kancing yang tak dikaitkan. Membuat dada bapak itu terlihat mesti hanya sedikit karena gelapnya malam.

Namun, anehnya ketika Herman bercakap dengan bapak ini, ia hanya menunduk. Beliau juga sama sekali tak melepas caping yang kala itu melekat di kepalanya.

"Ealah Nak, kamu itu loh juga aneh ngapain jam segini malah keluyuran. Jam segini itu saatnya istirahat," ucap Bapak itu.

"Iya tadi saya nganter pelanggan ke daerah Wonosari, tadi dia naik dari Janti," ucap Herman.

"Begini Nak, rezeki itu sudah ada yang mengatur, kamu bekerja keras itu tidak salah tapi kamu juga harus tahu waktu yang tepat di mana kamu harus bekerja keras. Rezeki itu mau kamu kejar bagaimana pun caranya jika itu bukan rezekimu, itu tak akan pernah kamu gapai, begitupun sebaliknya. Sudah sekarang kamu mengikuti jalan tengah sawah ini saja, tidak usah melihat ke belakang sampai kamu nanti bertemu jalan raya," ucap Bapak itu.

"Siap, Pak, berarti ini jalan terus aja ya, Pak?" ucap Herman.

Namun tanpa sepatah kata pun, bapak itu hanya mengangguk. Herman lalu berpamitan dan memakai helm serta berniat melanjutkan perjalanannya.

Sesuai arahan dari bapak yang ia temui tadi, Herman melewati di tengah jalan pematang sawah. Di tengah perjalanan, Herman lupa dengan larangan yang tadi diucapkan oleh sosok bapak yang memakai pakaian serba hitam itu.

Herman tak sengaja menengok ke belakang, dan betapa kagetnya ketika yang ia lihat saat itu ternyata bukanlah jalan, tetapi hutan jati. Di sana pula terlihat sosok perempuan dengan pakaian putih lusuh tengah berdiri di bawah pohon jati sambil tersenyum menyeringai ke arah Herman.

Melihat hal itu tiba-tiba pandangan Herman menjadi gelap, dan ia pun tak sadarkan diri. Keesokan paginya, Herman dibangunkan oleh Pakde Kemijo, seorang petani setempat.

Nyasar

Saat itu, secara tak sengaja Pakde Kemijo melihat Herman yang terkapar tak sadarkan diri di pinggir jalan dengan motor yang dalam keadaan menyala. Melihat ada orang yang membutuhkan bantuan, Pakde Kemijo lantas mendekati dan menyadarkan Herman.

Melihat Herman sudah bisa diajak untuk berkomunikasi, beliau lantas bertanya tentang siapa dia dan dari mana, kok bisa-bisanya dia tertidur di pinggir jalan dan di tengah hutan jati pula.

"Saya Herman, Pak, saya semalam nganter pelanggan ke daerah Wonosari, tapi pas pulang kok saya kayaknya cuma muter-muter di area ini. Sebelum saya pingsan, saya ada di sebuah jalan di tengah sawah," ucap Herman.

"Wah kamu disasarin itu, Mas," kata bapak itu. Herman membenarkan ucapan Pakde Kemijo.

"Alhamdulillah, berarti sampean masih belum jauh Mas kesasar. Itu sampean udah tidak di dimensi kita sekarang berada. Itu Mas sudah di alam demit," ucap Pakde Kemijo.

Akhirnya pagi itu, Herman pulang dengan selamat menuju rumahnya. Kejadian kala itu menjadi sebuah pembelajaran untuk dirinya sendiri. Mulai saat itu Herman tak lagi menarik ojek pada dini hari dan memilih untuk bekerja dari pagi sampai sore saja.

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan