Dinkes: Januari-Maret 9 Kasus Leptospirosis di Gunungkidul, 2 Meninggal

Ilustrasi Leptospirosis


Aktual Indonesia - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul, DIY, mencatat selama Januari-Maret 2022 ini ada 9 kasus leptospirosis. Dari 9 kasus tersebut 2 di antaranya berakhir meninggal dunia.

Untuk diketahui, Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.

"Hingga Maret ini total ada 9 kasus leptospirosis," kata Sekretaris Dinkes Gunungkidul Abdul Azis, saat dihubungi wartawan, Jumat (25/3/2022).

Azis menjelaskan, dari 9 kasus itu, 2 orang yang masih menjalani perawatan.

"Dari jumlah itu (9 kasus leptospirosis) ada dua orang yang meninggal dunia. Dua orang itu berasal dari Kapanewon Wonosari dan Kapanewon Girisubo," ujarnya.

Azis mengungkapkan, jika melihat jumlah kasus pada tahun 2021, total kasus leptospirosis di Gunungkidul ada 17 kasus dan 4 di antaranya meninggal.

"Untuk tahun 2021 korban meninggal ada 4 yang masing-masing berasal dari Kapanewon Semin, Ngawen, Ponjong, dan Patuk," paparnya.

Oleh sebab itu, pihaknya meminta kepada masyarakat khususnya petani untuk waspada dan berhati-hati saat beraktivitas di sawah, terutama ketika musim hujan. Yakni dengan mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu boot dan pelindung mata saat bekerja di area risiko bakteri leptospira yang di antaranya berasal dari air kencing tikus.

"Dan jika merasa demam, badan pegal-pegal di persendian dan memiliki luka terbuka di bagian luar sebaiknya memeriksakan diri ke rumah sakit sebagai bentuk antisipasi," katanya.

"Untuk pencegahan bisa dilakukan dengan membasmi atau mengurangi populasi tikus, menutup makanan dan minuman serta membersihkan tempat yang sering menjadi tempat bersarangnya tikus," imbuh Azis.

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan